Banyak tulisan yang mengatakan bahwa penggunaan social media adalah penting bagi bisnis saat ini
Namun benarkah social
media dapat dikatakan sebagai competitive
advantage? Penulis mencoba melakukan wawancara terhadap 50 pelaku usaha
kecil yang menggunakan social media sebagai
bagian dari bisnis mereka. 19 di antaranya merupakan migrator dari cara konvensional ke penggunaan social media, sedangkan sisanya memulai bisnis mereka langsung
menggunakan social media. Usaha kecil
yang dimaksud bukanlah sekedar membeli dan menjajakan kembali barang di social media, namun membuat produk atau
jasa sendiri dalam skala kecil. Hasilnya cukup mengejutkan, dimana dari 19 migrator yang diwawancara, hanya 1 saja
yang merasakan dampak signifikan penggunaan social
media mempengaruhi bisnisnya dalam arti meningkatkan penjualan dan
keuntungan. 18 migrator lainnya hanya
mengalami lonjakan 2-10% penjualan saja dan hanya berlangsung pada bulan ke-2
hingga ke-4 penggunaan, setelah itu stagnan kembali. Dilihat dari segi produk,
barang yang ditawarkan 1 migrator yang
berhasil ini hampir sama dengan beberapa migrator
lainnya yang tidak berhasil. 31 perusahaan lainnya yang langsung
menggunakan social media memang tidak
dapat diteliti sebelum dan sesudah menggunakan social media, namun dapat diketahui bahwa walaupun menggunakan social media, pertumbuhan bisnis hanya
berkisar rata-rata 0-3% setiap bulannya dan hanya 3 perusahaan yang dapat
melampaui angka tersebut yang angka pertumbuhannya dapat mencapai rata-rata 27%
tiap bulannya.
Hal ini kemudian menggugah penulis untuk
mempertanyakan lebih dalam, benarkah penggunaan social media dapat berperan atau mendorong terciptanya competitive advantage. Hasil dari
wawancara menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh 4 perusahaan kecil yang
berhasil ini memiliki beberapa kesamaan sekaligus perbedaan dari 46 perusahaan
lainnya. 46 perusahaan yang mengalami pertumbuhan kecil kebanyakan hanya
menggunakan social media untuk
memberikan informasi, sedangkan 4 perusahaan yang berkembang pesat menggunakan social media lebih kepada customer relationship.
Berarti hanya menggunakan social media saja tidak dapat menciptakan competitive advantage bagi perusahaan. Sesuai dengan namanya, social media hanyalah alat atau platform yang memungkinkan terjadinya interaksi bagi yang berada di dalamnya. Dalam hal ini semua orang dapat menggunakan atau halangan untuk menggunakannya sangat rendah, contohnya Page Facebook dapat digunakan oleh semua orang. Namun yang dapat menjadi competitive advantage dalam hal ini adalah bagaimana menggunakan social media sebagai bagian atau bahkan perusahaan itu sendiri.
Perusahaan perlu menjadikan social media bukan saja sebagai teknologi informasi, namun sistem
informasi. Aspek yang terkandung dalam teknologi informasi adalah hardware dan software, sedangkan sistem informasi berbicara tentang hardware, software, data, proses, dan pengguna. Hanya dengan membandingkan
elemen-elemen yang ada, dapat dilihat bahwa menjadikan social media sebagai teknologi informasi akan sangat mudah ditiru
karena hanya berbicara tentang hardware atau
software yang digunakan. Namun jika menjadikan
social media sebagai sistem
informasi, tentu saja akan sangat sulit ditiru karena faktor pengguna, data,
dan proses yang dijalankan tiap-tiap perusahaan pasti akan berbeda.
Berangkat dari padangan bahwa social media harus dijadikan sebagai sistem informasi dan bukan
saja teknologi informasi dalam perusahaan, penulis mencoba menemukan
faktor-faktor apa saja yang membuat perusahaan kecil mampu memaksimalkan
kekuatan social media:
1. Buatlah social
media, bukan “news media”.
Banyak perusahaan yang hanya menggunakan social
media sebagai tempat update berita.
Jika perusahaan hanya menganggap social
media sebagai tempat update berita,
maka tidak ada bedanya dengan penggunaan katalog secara online karena di dalamnya tidak terjadi interaksi. Apalagi
berdasarkan wawancara yang dilakukan, banyak perusahaan yang merasa kesal
dengan calon konsumennya karena banyak bertanya namun tidak jadi membeli,
sehingga biasanya memberikan tulisan sejenis “hanya untuk pembeli serius saja
dapat menghubungi…” Hal ini berarti perusahaan sengaja menutup diri dari
interaksi yang dapat terjadi untuk dapat melakukan lead terhadap calon pembeli. Perusahaan perlu bersikap terbuka
terhadap calon pembeli, bukan saja dengan melayani pertanyaan yang diajukan
namun juga terbuka terhadap kritik produk, kritik layanan, dan hal-hal lainnya
yang dapat membangun perusahaan. Jika perusahaan merasa kekurangan sumber daya
untuk menjawab pertanyaan, perusahaan dapat menyediakan FAQs (frequently asked qusetions) atau sejenis
wiki agar konsumen dapat mencari sendiri jawabannya. FAQs dapat berperan
sebagai pengganti manusia dalam berinteraksi sehingga dalam hal ini apa yang
terjadi di dalam social media masih
dua arah, dan tidak sekedar hanya menyediakan informasi yang menajdi satu arah
saja.
2. Buatlah personalisasi, bukan “massalisasi”.
Di era massive information seperti
saat ini, calon konsumen telah dibuat letih terlebih dahulu dengan banyaknya
informasi produk yang ditawarkan. Akun email,
social media, dan lainnya dibanjiri dengan informasi produk yang kadangkala
produk yang ditawarkan sangat bertentangan dengan natur calon pembeli.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penelii, hampir semua perusahaan kecil
yang kurang berkembang yang diwawancara oleh penulis menyatakan bahwa mereka
melakukan broadcast informasi ke
semua data konsumennya. Hal ini bertentangan dengan penelitian penulis
berikutnya dengan mewawancara 73 konsumen yang sering membeli barang (lebih
dari tiga kali) melalui perantara social
media. Penulis menemukan bahwa dari 73 orang, 51 di antaranya menyatakan
akan memblokir atau mengabaikan perusahaan yang memberikan informasi produk
yang tidak berguna secara terus menerus. Memang yang dilihat pertama kali oleh
konsumen adalah gambar produk tersebut yang biasanya jauh lebih besar daripada
siapa pengirimnya, namun jika ternyata konsumen tidak membutuhkan barang
tersebut atau menganggap hal tersebut sebagai unsolicited, maka akan menimbulkan kesan yang buruk terhadap perusahaan
tersebut. Perusahaan perlu belajar untuk memberikan treatment yang berbeda terhadap tiap konsumennya. Memang perusahaan
kecil lagi-lagi disibukkan dengan masalah terbatasnya sumber daya, namun
setidaknya ada pembagian antara pria-wanita dan umur saja sudah cukup membantu
dalam penggolongan konsumen.
3. Buatlah sistem informasi, bukan “otomasi”.
Hal terakhir yang membuat perusahaan menjadi tidak berkembang adalah menganggap
bahwa social media hanyalah cara baru
untuk mengotomasikan pemasaran atau penjualan saja menggantikan cara-cara
konvensional. Pandangan tersebut memang tidak salah, namun akan sangat
disayangkan karena tidak dapat menggunakan social
media secara maksimal. Sistem informasi berbicara tentang bagaimana
pengguna bisa mendapatkan informasi yang diinginkan tepat pada waktunya di
tempat yang tepat. Penggunaan social
media sebagai otomasi tidak beda dengan penggunaan social media hanya sebagai satu arah saja. Penggunaan social media satu arah saja tentu tidak
akan bisa mendapatkan data yang cukup untuk diolah, perusahaan perlu membuka
dirinya sehingga data dapat mengalir dan perusahaan bisa mendapatkan informasi.
Otomasi saja tidak dapat menjadi competitive
advantage karena hanya mengandalkan hardware
dan software yang mudah ditiru,
namun sistem informasi akan sangat susah ditiru karena menggabungkan elemen
pengguna, proses, data, dan teknologi yang digunakan. Salah satu bentuk sistem
informasi yang perlu diterapkan adalah sistem pengambilan feedback yang sebenarnya mudah untuk diterapkan namun malas
dilakukan.
Penggunaan social media sebagai competitive advantage dalam penerapannya adalah suatu bias. Perusahaan tidak cukup hanya menggunakan saja, namun harus dapat mengintegrasikannya sebagai sistem informasi dalam perusahaannya.
Bibliography
Lovett, J., 2011. Social Media Metrics Secrets. Indianapolis:
Wiley Publishing.
Powell, G.,
Groves, S. & Dimos, J., 2011. ROI of Social Media: How to Improve the
Return on Your Social Marketing Investment. Hoboken: John Wiley &
Sons.
Qualman, E.,
2011. Socialnomics: How Social Media Transforms the Way We Live and Do
Business. Hoboken: John Wiley & Sons.
Smith, P. R.
& Zook, Z., 2011. Marketing Communications: Integrating Offline and
Online with Social Media. 5th ed. London: Kogan Page Limited.
Sweeney, S.
& Craig, R., 2011. Social Media for Business: 101 Ways to Grow Your
Business Without Wasting Your Time. Canada: Maximum Press.
Topper, H.
J., 2009. Everything You Ever Wanted to Know About Social Media, But Were
Afraid to Ask. Bloomington: iUniverse.